Sejarah Burung Cendrawasih Dari Cerita Dongeng

2 min


1 share
Sejarah Burung Cendrawasih

Sejarah burung cendrawasih dari dulu memang sudah di kenal sebagai satwa endemik dari pulau Papua. Burung Cendrawasih memiliki ciri khas pada warna-warni bulu yang indah seperti bidadari. Burung tersebut masuk dalam spesies keluarga Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Satwa satu ini bisa kita jumpai di Indonesia bagian timur Papua, Papua New Guinea, benua Australia Timur, dan pulau-pulau selat Torres. Di balik keindahannya, burung Cendrawasih menjadi salah satu legenda cerita rakyat Papua Barat disana. Yang mana cerita rakyat Papua Barat tersebut berjudul  “Cendrawasih Si Burung Bidadari” yang tulis dan di karang oleh Dwi Pratiwi, yang mana beliau menceritakan tentang asal-usul sejarah burung cendrawasih.

Sejarah Burung Cendrawasih Dari Cerita Dongeng


Asal-usul dan Sejarah Burung Cendrawasih

Cerita legenda rakyat di papua yang menceritakan asal-usul burung Cendrawasih sebagai berikut yaitu, seorang anak bernama Kweiya yang tinggal bersama ibu yang bernama Baria, bapak tirinya memiliki nama Pak Bone dan adik tirinya yang bernama Niko dan Kiara. Pada suatu hari Kweiya yang tidak ikut ayah dan ibu ke ladang sedangkan dia mengajari dua adiknya belajar menganyam noken istilah tas dari papua yang terbuat dari serat kayu.

Salah satu adik tiri Kweiya yaitu Niko, merasa putus asa sebab dari tadi tidak bisa membuat noken. Si adiknya tersebut malah mengulur-ulur benang dan sebagai kakaknya Kweiya menegur Niko karena ulahnya tersebut. Dan adiknya itu tidak menghiraukan teguran kakaknya. Bahkan tetap mengulur benang tersebut menjadi tidak beraturan. Kweiya dengan muka kesalnya langsung mengambil benang yang diulur Niko kemudian masuk ke dalam rumah dengan sedikit kesal. Yang mana adik tiri Kweiya yang satunya bernama Kiara memanggilnya yang tidak kunjung keluar dari dalam rumah.

Ternyata di dalam rumah, Kweiya bersembunyi di salah satu sudut rumahnya sambil terus memintal benang. Hingga sampai membentuk suatu sayap mirip sayap burung. Pada saat bapak dan ibu pulang dari ladang ikut juga mencari Kweiya setelah mendengar cerita dari kedua adik tirinya yang menyebabkan Kweiya pergi meninggalkan kedua adik tirinya tersebut. Secara bersama-sama mereka semua mencari dengan sambil memanggil-manggil nama Kweiya, namun anehnya sahutan yang terdengar justru suara burung.

Dimana setiap nama Kweiya yang di panggil justru sahutan terdengar malah suara burung. Memang benar suara sahutan burung yang sedari tadi terdengar ternyata suara Kweiya, yang mana sedari tadi telah menjahit pintalan yg membentuk sayap itu pada ketiaknya. Baca juga Status Burung Cendrawasih Saat Ini.

Kemudian kweiya melompat ke atas genteng rumahnya kemudian terbang ke salah satu dahan pohon di sekitar rumah tersebut. Tidak di sangka dan diduga Kweiya telah berubah menjadi burung yang sangat cantik yang memiliki bulu berwarna-warni indah. Mengetahui hal tersebut ibu kandung kweiya yang bernama bu Baria menangis tersedu-sedu sambil meminta sisa benang pintalan tersebut.

Ibu Baria masih tidak percaya dengan apa yg sudah terjadi, kemudian Ibu Baria segera membentuk benang pintalan menjadi bentuk sayap yg perna di buat anaknya tadi dan menyisipkan pada ketiaknya. Seketika itu ibu Baria berubah juga menjadi seekor burung seperti anaknya tadi. Dan menyusul anaknya yang sedari tadi bertengger di dahan pohon tersebut.

Sementara bapak dan kedua adiknya tersebut hanya bisa terdiam dan menerima dengan pasrah peristiwa ajaib itu. Kemudian Pak Bone memberi nama pada burung tersebut dengan nama manbefor. Untuk menunjukan seberapa besar rasa sayangnya kepada istrinya ibu Baria dan anaknya Kweiya. Setelah itu kedua adik tirinya Kiara dan Niko menutup wajahnya dengan kain hitam, seketika itu pula mereka berubah menjadi burung juga dan terbang ke hutan rimba menyusul ibu Baria dan Kweiya yang sedari tadi pergi meninggalkannya. 


Like it? Share with your friends!

1 share

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Send this to a friend