Selain Lion Air JT 610, Ini Daftar Panjang Kecelakaan Pesawat Dalam 14 Tahun Terakhir Di Indonesia

4 min


Jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin 29 Oktober 2018 di perairan Karawang Jawa Barat, menambah daftar catatan kecelakaan udara di Indonesia. Pasalnya sebelum Lion Air JT 610, tercatat sudah ada beberapa kecelakaan pesawat yang terjatuh.

Berikut ini daftar panjang kecelakaan pesawat dalam  14 Tahun terakhir di Indonesia.

Lion Air JT538 – 30 November 2004

Pesawat maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT-538 dengan rute Jakarta-Surabaya tergelincir saat hendak mendarat di Bandara Adisumarmo, Solo, Jawa Tengah. Akibatnya, 26 orang tewas, 55 orang luka berat, dan 63 orang luka ringan.

Pesawat jenis McDonnell Douglas MD-82 yang mengangkut 146 penumpang itu lepas landas dari Jakarta kemudian transit di Solo.

Lalu, pada pukul 18.15 pesawat tersebut mendarat di Bandara Juanda Sura­baya, namun menurut penuturan penumpang, saat itu pesawat terasa seperti tidak dapat dihentikan dan akhirnya keluar dari landasan dan masuk ke sawah sebelum akhirnya berhenti di kawasan pema­kaman umum.

Mandala Airlines RI 091 – 5 September 2005

Pesawat Boeing 737-200 milik Mandala Airlines dengan nomor penerbangan RI-091, jatuh di kawasan Padang Bulan, Medan, pada 5 September 2005. Kecelakaan pada pesawat yang mengangkut 117 orang itu terjadi ketika pesawat sedang lepas landas dari Bandara Polonia Medan.

Penumpang yang tewas berjumlah 102 orang, ­termasuk Gubernur Sumatra Utara waktu itu Tengku Rizal Nurdin dan dua anggota DPD Sumut Raja Inal Siregar serta Abdul Halim Harahap. Sebanyak 47 warga di sekitar jatuhnya pesawat ­turut menjadi korban. Ada sedikitnya 17 penumpang pesawat yang dilaporkan ­selamat.

Pesawat jurusan Medan-Jakarta itu lepas ­landas pada pukul 9.40, namun posisi pesawat tidak dalam posisi yang sempurna, lalu menabrak tiang listrik sebelum akhirnya jatuh ke jalan dan menimpa rumah-rumah warga yang terletak sekira 100 meter dari Bandara Polonia.

Pesawat yang baru saja lepas landas, tiba-tiba oleng ke kiri kemudian terlihat api menjalar. Lima rumah warga tertimpa badan pesawat. Setelah jatuh, pesawat meledak beberapa kali dan terbakar ­sehingga hancur hampir sepenuhnya, menyisakan ekor pesawat bertuliskan PK-RIM.

Garuda Indonesia GA-200 – 7 Maret 2007

Pesawat Boeing 737-4B7 milik Garuda Indonesia jurusan Jakarta-Yogyakarta meledak akibat terperosok ketika melakukan pendaratan pada 7 Maret 2007 di Bandara Adi­sutjipto, Yogyakarta. Muncul api yang dipicu dari meledaknya ban depan saat mendarat, sehingga menjalar ke badan pesawat.

Dilaporkan bahwa badan pesawat terbelah memanjang dari bagian kabin hingga ekor pesawat, sedangkan salah satu sayap pesawat pecah dan terbelah. Pesawat itu membawa 133 penumpang, 1 pilot, 1 kopilot, dan 5 awak kabin. Jumlah korban tewas sebanyak 22 orang, terdiri atas 21 penumpang dan 1 awak pesawat.

Adam Air KI-574 – 1 Januari 2007

Pesawat jenis Boeing B737-4Q8 milik Maskapai Adam Air nomor penerbangan KI-574 dengan rute Surabaya-Manado, jatuh di per­airan Kalimantan. Kotak hitam ditemukan di kedalaman 2.000 meter pada 28 Agustus 2007. Seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 102 hilang dan dianggap tewas.

Pesawat Adam Air nomor penerbangan KI-574 lepas landas dengan rute Surabaya-Manado pada pukul 12.55, namun pada pukul 14.53 Wita pesawatc tersebut terputus kontak dengan pengatur lalu lintas udara (ATC) Bandara Hasanuddin Makassar. Pada kontak terakhir, posisi pesawat berada pada jarak 85 mil laut barat laut Kota Makassar pada ketinggian 35.000 kaki.

KNKT merilis hasil investigasi kecelakaan pesawat Adam Air KI-574 pada 25 Maret 2018. Awalnya, alat navigasi pesawat atau yang dikenal dengan Internal Reference System (IRS) rusak. Kedua pilot terkonsentrasi memperbaiki kerusakan dan lupa memperhatikan ins­trumen lain. Mereka tidak menyadari pesawat miring dan turun mendekati laut. Mereka baru sadar dua menit sebelum pesawat pecah menabrak laut.

Hasil rekaman Digital Flight Data Recorder (DFDR) menunjuk­kan bahwa mulanya pesawat telah terbang dengan bantuan instrumen kemudi otomatis. Namun, penanganan terhadap IRS yang dilakukan tidak sesuai dengan panduan, sehingga kemudi otomatis pesawat menjadi tidak berfungsi. Pesawat pun mulai miring.

Setelah pesawat miring ke kanan melewati 35 derajat, alarm berbunyi. Pesawat terus miring hingga 100 derajat dan situasi sudah tidak bisa dikendalikan lagi.

Merpati Nusantara Airlines 9760D – 2 Agustus 2009

Pesawat berjenis DHC 6 Twin Otter milik Maskapai Merpati ­Nusantara Airlines dengan nomor penerbangan 9760 adalah pener­bangan komersial antara Jayapura menuju Oksibil.

Pada 2 Agustus 2009, pesawat hilang dari rute yang seharusnya dilalui kemudian serpihan pesawat ditemukan beberapa mil dari Oksibil dua hari ­kemudian. sebanyak 13 penumpang dan 3 kru pesawat tewas dalam kecelakaan.

Merpati 8968 – 7 Mei 2011

Pesawat jenis Xian MA60 milik Merpati Nusantara Airlines ­dengan nomor registrasi PK-MZK, mengalami kecelakaan di laut, dekat Bandara Utarom, Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Pesawat itu jatuh dari ketinggian 15.000 kaki, sekira 400 meter sebelum landasan 19 bandara tersebut. Sebanyak 25 orang dinyatakan tewas dalam kecelakaan itu.

Kronologi jatuhnya pesawat ini karena saat pesawat hendak mendarat di Bandara Udara Utarom, Kabupaten Kaimana. Saat akan mendarat, Kota Kaimana sedang hujan deras, sehingga pesawat memutuskan berputar-putar di udara selama 15 menit sebelum mencoba kembali mendarat. Pesawat jatuh di sekitar 400 meter sebelum landasan, setelah sebelumnya kehilangan keseimbang­an. Pesawat kemudian terbelah dua dan tenggelam di Teluk Kaimana.

KNKT mengeluarkan laporan bahwa kesalahan pilot adalah kon­tributor terbesar dalam kecelakaan itu. Pilot membatalkan pendaratan dan membelokkan pesawat ke arah kiri secara tajam dengan kemiringan yang sangat tinggi, yaitu 38 derajat.

Kejadian itu juga diikuti dengan ketidakpatuhan pilot untuk meng­ikuti prosedur normal dalam menarik sirip sayap atau flap. Hal itu menyebabkan pesawat kehilangan

Sukhoi Superjet 100 – 9 Mei 2012

Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia hilang kontak dan jatuh di ­Gunung Salak, Bogor, saat sedang melakukan uji coba terbang (joy flight). Pesawat membawa 38 penumpang dan 8 awak. Pesawat lepas landas (take-off) dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Seluruh penumpang tewas.

Pesawat Superjet 100 lepas landas dari ­Lapangan Udara Halim Perdanakusuma menuju Palabuhanratu pada pukul  14.00 untuk melakukan joy flight lalu pesawat kembali ke Bandara Halim Perdanakusumah dengan selamat.

setelah itu, pada pukul 14.12 pesawat Superjet 100 kembali lepas landas­ untuk joy flight yang kedua. Namun, pada pukul 14.33 pilot meminta izin untuk turun dari 10.000 ­kaki ke 6.000 kaki, dan setelah itu pesawat secara tiba-tiba hilang kontak ­dengan menara pengawas pada koordinat 06° 43′ 08” Lintang Selatan dan 106° 43′ 15” Bujur Timur.

Hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di­umumkan oleh KNKT pada 18 Desember 2012. Kesimpulannya, Ketua KNKT Tatang Kurniadi menilai kecelakaan ini disebabkan oleh kelalaian pilot.

Pertama, peta pada pesawat SSJ 100 tidak memuat informasi mengenai area yang dilintasi. Kondisi pilot yang tak menguasai medan dan kontur pegunungan Salak semakin diperparah dengan kondisi langit yang pada saat kejadian sangat tebal sehingga mempersempit jarak pandang.

Kedua, dalam penerbangan tersebut, Pilot In Command (PIC) Aleksandr Yablontsev (57) bertugas sebagai pilot yang mengemudi­kan pesawat dan Second In Command (SIC) bertugas sebagai pilot monitoring. Di kokpit terdapat seorang wakil dari calon pembeli yang menempati tempat duduk observer (jump seat). Kehadiran wakil dari calon pembeli inilah yang diduga kuat membuat hilang­nya konsentrasi pilot dalam mengemudikan pesawatnya. Pasalnya, berdasarkan rekaman di menit-menit akhir, Yablonstev banyak melakukan komunikasi di luar konteks penerbangannya.

Air Asia QZ8501 – 28 Desember 2014

Pada 28 Desember 2014, penerbangan AirAsia Indonesia QZ8501 rute Surabaya-Singapura hilang kontak setelah sekitar 50 menit lepas landas dari Bandara Juanda Surabaya.

Pesawat tipe Airbus A320 dengan registrasi PK-AXC tersebut meng­ang­kut 155 penumpang dan 7 kru. Badan pesawat ditemukan ­pada 14 Januari 2015. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpang dan kru.

Kronologinya pukul 5.35 pesawat lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya menuju Changi Airport, Singapura. Pesawat terbang ­dengan ­ketinggian 32.000 kaki. Setelah itu pada pukul 6.01 Pilot mendeteksi adanya gangguan dari tanda peringatan. Gangguan tersebut terjadi pada sistem rudder travel limiter (RTL) yang terletak di bagian ekor pesawat.

Lalu pada pukul 06.09 gangguan yang sama muncul sehingga pilot melakukan tindakan sesuai prosedur. Pukul 6.15 gangguan pada RTLU untuk keempat kalinya muncul. Terdapat indikasi yang berbeda dibandingkan dengan tiga gangguan pertama. Seluruhnya tercatat oleh Flight Data Recorder setelah itu pada pukul 6.18: Pesawat hilang kontak saat berada di airway M635.

Hercules C-130 – 30 Juni 2015

Pesawat jenis Lockheed C-130 Hercules milik TNI AU dengan nomor A-1310 jatuh, Selasa, 30 Juni 2015. Kejadian berlangsung hanya dua menit setelah lepas landas dari Pangkalan Udara Soewondo di Padang Bulan, Kota Medan. Sebelum jatuh dilaporkan bahwa pilot pesawat tersebut sempat meminta izin untuk kembali ke pangkalan.

Pesawat hendak menuju Kepulauan Natuna dalam menjalankan misi pengiriman logistik dari Penerbangan Angkutan Udara Militer. Pesawat Hercules C-130 itu membawa 101 penumpang dan 12 kru yang merupakan prajurit TNI serta keluarganya. Semuanya dinyatakan meninggal, termasuk korban 22 orang di darat.

Hasil investigasi KNKT menyebutkan bahwa kemungkinan mesin sebelah kanan pesawat mati, setelah take off dari Lanud Soewondo, dan kemudian jatuh. Pilot sempat meminta kembali ke Lanud Soewondo, ­sebab ada masalah di pesawat. Sebelum sempat balik ke Lanud Soewondo, pesawat itu jatuh dengan posisi ­terbalik. Pesawat Hercules C-130 itu menabrak antena di atas bangunan sekolah yang berada dekat dengan titik jatuhnya pesawat.


Like it? Share with your friends!

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Send this to a friend