Tidak ada yang pernah menduga sebelumnya, bahwa bencana dahsyat tiba-tiba saja melanda wilayah Sulawesi Tengah, Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR itu diikuti juga dengan datangnya tsunami serta juga timbulkan fenomena likuifaksi atau berubahnya tanah menjadi semacam cairan lumpur, meluluh-lantakkan Palu, Donggala dan beberapa lokasi di sekitarnya. Ada banyak saudara kita yang meninggal akibat dari kejadian tersebut tersebut.
Sebelum kejadian ini, Negara kita juga sering dilanda gempa bumi yang mengakibatkan banyak nyawa saudara kita yang meninggal, lalu mengapa Negara kita ini sering dilanda gempa bumi? Berikut alasannya.
Cincin Api Pasifik
Indonesia rawan terjadi Gempa bumi dikarenakan terletak pada Ring of Fire, sehingga rawan terjadi gempa bumi vulkanik (gempa yang disebabkan letusan gunung merapi). Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menamai sebuah wilayah yang sering mengalami peristiwa letusan gunung aktif dan terjadinya gempa bumi.
Daerah Ring of Fire tersebut mencakup sekeliling cekungan dari Samudera Pasifik, daerah yang dikelilingi oleh Ring of Fire ini memiliki bentuk seperti tapal kuda. Panjang wilayah yang termasuk ke dalam cincin api Pasifik ini adalah 40.000 km.
Dari sekitar 90 persen gempa bumi yang terjadi selama ini, 81 persennya terjadi di wilayah yang termasuk ke dalam cincin api Pasifik, selain itu, 17 persen gempa terbesar atau sekitar 5-6 persen dari gempa yang terjadi di dunia terjadi di kawasan sabuk Alpine. Baik cincin api Pasifik maupun sabuk Alpine, Indonesia termasuk ke dalam jalurnya.
Berikut ini adalah wilayah daratan dan lautan yang termasuk ke dalam cincin api Pasifik, diurut dari arah barat daya yang artinya berlawanan dengan arah jarum jam.
(1) Selandia Baru, (2) Palung Kermadec, (3) Palung Tonga, (4) Palung Bougainville, (5) Indonesia, (6) Gunung Merapi, (7) Filipina, (8) Palung Filipina, (9) Palung Yap, (10) Palung Mariana, (11) Palung Izu Bonin, (12) Palung Ryukyu, (13) Jepang, (14) Gunung Fuji, (15) Palung Jepang, (16) Palung Kurile, (17) Kamchatka, (18) Kepulauan Aleutia, (19) American Cordillera, (20) Alaska (21) Pacific Coast Range, (22) British Columbia, (23) Barisan pegunungan Cascade, (24) Gunung St. Hellens, (25) California, (26), Meksiko, (27) Palung Amerika Tengah, (28) Guatemala, (29) Nikaragua, (30) Kolombia, (31) Ekuador, (32) Peru, dan (33) Palung Peru – Chili Trench.
Sedangkan wilayah yang termasuk ke dalam sabuk Alpine, adalah (1) Jawa, Sumatera, (2)Himalaya, (3)Mediterania, dan (4)Atlantika.
Berdasarkan nama-nama wilayah yang termasuk ke dalam cincin api Pasifik dan sabuk Alpine, Indonesia menjadi wilayah yang termasuk ke dalam keduanya.
Akan tetapi, meski rawan akan letusan gunung api dan gempa bumi, keberadaan Indonesia di cincin api Pasifik dan sabuk Alpine ini menjadikan wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur.
Pertemuan Lempengan Bumi
Penyebab gempa bumi salah satunya memang disebabkan karena wilayah Indonesia yang terletak di cincin api, akan tetapi masih ada penyebab lainnya, yaitu menjadi salah satu wilayah yang dikelilingi oleh lempengan-lempengan bumi.
Lempengan bumi yang mengepung Indonesia tersebut adalah lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan lempeng Indo-Australia. Gempa bumi yang disebabkan oleh lempengan bumi tersebut terjadi jika lempengan itu bergeser, patah, atau bahkan terjadi tumbukan.
Selain gempa, terlebih bila terjadi tumbukkan lempengan, bisa menyebabkan timbulnya tsunami setelah gempa terjadi. Beberapa wilayah di Indonesia yang rawan akan gempa dan tsunami di antaranya Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Banten, Bali, Jawa Timur bagian selatan, daerah Fak-Fak dan Yapen di wilayah Papua, dan masih banyak lagi.
Kedua penyebab sering terjadinya gempa di Indonesia tersebut tidak bisa dihindari. Hanya saja, sebagai penduduk yang tinggal di wilayah rawan gempa, kita dituntut untuk selalu waspada dan tentunya selalu peduli terhadap lingkungan dan alam.
Alam memberikan banyak manfaat dan berbagai sumber untuk kehidupan, sebagai gantinya kita juga harus dengan sebaik mungkin bisa menjaga alam dan melestarikannya.
0 Comments