Tragedi kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, saat ini sedang menjadi topik utama dan menjadi bahan perbincangan di seluruh tanah air.
Pesawat jurusan Jakarta-Pangkalpinang itu take off dengan membawa total 181 penumpang dan 7 kru pesawat dari bandara Soekarno-Hatta pada pukul 06.20 WIB tanggal 29 Oktober 2018.
Namun pada pukul 06.33 WIB atau 13 menit setelah lepas landas, pesawat hilang kontak dengan ATC. Beberapa saat berselang, pesawat dikabarkan jatuh di perairan Tanjung Karawang.
Dari lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat, terlihat ada banyak puing pesawat yang hancur sekaligus terdapat barang-barang yang mengapung di laut yang diduga milik dari para korban pesawat jatuh tersebut.
Dari peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT610 ini, ada beberapa fakta tentang jatuhnya pesawat yang membawa 181 penumpang itu. Berikut ini adalah fakta-fakta jatuhnya pesawat Lion Air JT610.
Table of Contents
Pesawat Masih Baru
Lion Air JT610 menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8. Yang menjadi pusat perhatian dari pesawat tersebut adalah karena kondisinya yang masih baru.
Boeing 737 MAX 8 yang digunakan Lion Air JT610 itu baru mencatat 800 jam penerbangan. Bahkan pesawat tersebut dikabarkan baru berusia sekitar 2 bulan. Pesawat yang mengalami kecelakaan pada hari Senin (29/10) baru mulai beroperasi pada tanggal 15 Agustus 2018, setelah mereka terima dari pabrik Boeing, dua hari sebelumnya.
Ini menjadi kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 pertama terbesar pada jenis pesawat ini. Sebelum jatuh, pilot sempat mengabarkan adanya masalah teknis pada flight control pesawat tersebut dan meminta untuk return to base. Namun, belum sempat kembali ke bandara asal, pesawat hilang kontak.
Pilot Meminta RTB, 2 Menit Setelah Take Off
Pesawat dilaporkan hilang kontak 13 menit setelah lepas landas. Tetapi, 2 menit setelah take off, pilot ternyata sempat request untuk return to base alias kembali ke bandara asal, yaitu Soekarno-Hatta.
Alasan pilot meminta untuk kembali ke bandara adalah karena pilot merasakan ada hal yang harus membuatnya kembali.
Selain itu, pilot Lion Air JT 610 Bhavye Suneja juga sempat melaporkan masalah flight control pada ketinggian 1.700 kaki dan meminta naik ketinggian.
ELT Pesawat Tidak Terdeteksi
Sinyal dari emergency local transmitter (ELT) pesawat Lion Air JT 610 tersebut tak terdeteksi. ELT sendiri merupakan bagian standar dari peralatan darurat pesawat yang dipasang dalam kokpit atau bagian ekor pesawat. Alat tersebut memancarkan sinyal radio agar lokasi pesawat bisa diketahui sistem deteksi yang ada.
“Yang pasti, saat jatuh, beacon ELT pada pesawat tersebut tidak terpancar atau memancarkan sinyal destress. Sehingga jatuhnya pesawat tersebut tidak terpantau oleh Medium Earth Orbital Local User Terminal (MEO LUT) yang ada di kantor pusat Basarnas,” kata Kabasarnas Marsdya M Syaugi, dilansir dari detikcom.
Pesawat Sempat Bermasalah
Sebelum terbang dari Jakarta menuju Pangkalpinang, pesawat tersebut sempat bermasalah saat hendak bertolak dari Denpasar menuju Jakarta.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari situs flightradar24.com, pesawat ini bertolak pada pukul 22.21 WITA, padahal dijadwalkan take off pada pukul 19.30 Wita. Pesawat itu mendarat di Jakarta pada pukul 22.56 WIB.
Pesawat tersebut dilaporkan mengalami masalah teknis ketika hendak terbang ke Jakarta dari Denpasar. Namun, masalah tersebut berhasil diperbaiki dan pesawat dinyatakan dalam kondisi baik dan laik terbang, sehingga bisa terbang dari Denpasar menuju Jakarta.
Laju Pesawat Sangat Kencang
Laju pesawat saat meminta return to base pada saat itu dikatakan sangat kencang, mencapai 340 knot atau 629,68 kilometer per jam.
“(Kecepatan pesawat) kencang sekali, 340 knot,” kata Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Senin (29/10/2018).
Berdasarkan sejumlah literasi mengenai penerbangan, 340 knot per jam masuk kategori cukup cepat untuk pesawat jenis Boeing 737 Max 8. Soerjanto tidak bisa memastikan apakah pilot Lion Air JT 610, Bhavye Suneja, sengaja meningkatkan kecepatan pesawat atau tidak.
“Kita nggak tahu, tapi kecepatan 340 knot,” ujarnya.
Pilot dengan 6.000 Jam Terbang
Pesawat Lion Air JT610 ini dikemudikan oleh Captain Bhavye Suneja yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 6.000 jam terbang.
Sedangkan kopilot Harvino telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang. Dari jumlah jam terbang, pilot dan kopilot pesawat tersebut bisa dikatakan sudah senior dalam dunia penerbangan.
Diperkirakan Jatuh dari Ketinggian 3.000 Kaki
Pesawat Lion Air JT610 ditemukan dalam kondisi hancur dan hanya menyisakan puing-puing saja. Kondisi pesawat yang hancur tersebut diperkirakan karena pesawat jatuh dengan kecepatan tinggi ke permukaan laut dari ketinggian 3.000 kaki atau 914,4 meter.
Kerasnya entakan yang terjadi saat pesawat menghantam air menyebabkan badan pesawat hancur. Bahkan tim SAR sempat menemukan tubuh manusia yang ikut terpotong dari lokasi jatuhnya pesawat.
0 Comments